
Bagaimana teknologi IUIGA membuat ecommerce berharga di setiap sen dan setiap detiknya
Pengusaha ritel dengan strategi omnichannel ini menampilkan harga produk yang sesungguhnya, tanpa biaya tambahan
Setelah sebuah produk dirilis, biasanya melewati proses yang sangat panjang mencapai 10 hingga 20 tahap dari produsen dan distributor sebelum mencapai konsumen. Oleh karena itu, konsumen masih harus memikul biaya distribusi dan sewa yang dikeluarkan dimana merupakan dua pertiga dari harga yang ditunjukkan di toko.
Mendisrupt model ritel tradisional, startup ritel IUIGA Technologies yang berbasis di Singapura menawarkan produk dengan label harga yang menampilkan harga riil suatu produk berdasarkan kualitas dengan berdasarkan kualitas dengan merinci rasio biaya produksi dan markup, bahkan ketika mereka berhubungan langsung dengan produsen.
“Banyak yang percaya pada gagasan tentang Apa yang Anda bayar, adalah apa yang Anda dapatkan. Namun, ketika kami di IUIGA meneliti lebih dalam dan menghubungkan titik-titik model bisnis desain asli dari produsen, kami telah melihat adanya kesenjangan besar. Lebih khusus lagi, akses ke produk berkualitas dan harga yang lebih adil tetap terbatas. Ini tentang memelihara konsumen untuk menjadi pembeli yang lebih terinformasi, "Jaslyn Chan, chief growth officer IUIGA, mengatakan kepada Retail Asia.
Mereka juga memiliki kebijakan pengembalian 30 hari dan memastikan bahwa ada biaya pengembalian tambahan atau biaya pengiriman yang disertakan.
Saat ini, startup memiliki sembilan toko fisik di Singapura di samping platform online-nya. Ini dimulai dengan model online murni tetapi dibebani dengan kelemahan seperti pada pertukaran dan kebijakan pengembalian, yang mahal bagi konsumen terlebih dalam mengembalikan barang-barang besar.
Dari sini, mereka mendirikan toko fisik, mengklaim bahwa pelanggan masih dapat menukar produknya dengan nyaman seperti dengan mitra online-nya.
"Meskipun mungkin tampak kontra-intuitif bagi bisnis digital untuk membuka toko ritel fisik sebagai langkah lanjutan, kini hal itu masuk akal berdasar kenyataan yang ada," tambah Chan. “Konsumen sekarang dapat mengalami hal yang terbaik dari kedua dunia — kenyamanan berbelanja online dan kemampuan untuk merasakan langsung dan memeriksa produk sebelum sampai pada keputusan pembelian. Dalam pandangan saya, masa depan ritel mungkin lebih merupakan konvergensi dari pengalaman online dan toko fisik, daripada pertempuran langsung di antara mereka."
Mei lalu, IUIGA mengantongi $ 7,07 juta (S $ 10 juta) dalam pendanaan seri A yang dipimpin oleh Konimex Technologies, cabang investasi teknologi konglomerat Indonesia Konimex Group. IUIGA bermaksud untuk menggandakan operasi bisnisnya di pasar Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai fokus utama untuk tahun 2020.
Edward Setiawan Joesoef, director Konimex Technologies, mengatakan bahwa startup ini memiliki model bisnis yang kuat dengan integrasi online-offline hybrid-nya. "Kami sangat optimis tentang perusahaan, karena kami dapat dengan mudah mengukur nya secara internasional dengan kompetisi apple-to-apple yang relatif rendah karena hambatan masuk yang tinggi untuk mereplikasi model," tambahnya.